Senin, 22 Juni 2015

BROKEN



Tidak ada lagi kah cinta untuk kami...
kami hanya inginkan kasih sayang...
apakah ini kasih sayang yang kalian berikan...
apakah tuhan menakdirkan kami untuk tersiksa sendiri dalam batin...

kami bertanya...
dahulu saat belia...
dimana papah...
dimana mamah...
saat kalian titipkan kami...
saat kalian tegak bertulang punggung...
hanya beratapkan bulan kita bersama...
namun hanya pisau lidah yang berlawanan...
memekakan tenlinga kami hingga berdengung...

kami hanyalah seorang anak...
kami hanyalah hiasan...
di saat ingin mendengar...
tersepelakan oleh jabatan kami sebagai anak...
kami tak bisa melawan...
kami hanya bisa berlari...
untuk sekedar mencari sebuah pelampiasan...
kami hancur...
kami terluka...
dan pada siapa kami bersandar...

di saat gelas berisikan darah kalian bersama hancur...
kepingan-kepingan itu menancap di atas tubuh kami...
setiap kami tertandakan darah...
terteteskan ke dua bola mata kami...
ini tanda yang kalian berikan...

namun dari luka yang kami terima...
tak ada kata benar dan salah...
jika hanya kata "mengapa?"...
menjadikan luka kami semakin bertambah dalam...

dan dalam benak kami...
kamilah yang bersalah...
kamilah tersangka...
kamilah sang para durhaka...

maaf pun tak akan mampu sembuhkan kalian...
maaf pun tak akan sembuhka kami...
karena luka ini akan selamanya ada...

Jumat, 19 Juni 2015

DIMENSI


tertutuplah mata ini di alam kegelapan malam, gelap gulita sejauh mata melihat...
 muncul satu persatu cahaya berkelap layaknya bintang...
rasa terbawa oleh lorong gelap...
 ujung yang terbuka menganga, membawa tubuh ini jatuh ke semesta tak di kenal...
jatuhnya tubuh ini tidak semata sendiri...
bersama mereka yang terhubung dengan batin yang kuat...
terasa dekat namun tak mengenal...

"kau tidak jatuh kawan, kau melayang terbang... rasakan dan nikmati"
mata ini di suguhkan dengan warna biru bercahaya
mengalir luas ke dalam sebuah lubang hitam...
warna biru itu mengalir ke dalamnya...

itu bukanlah air...
cahaya yang menenangkan hati dan fikiran...
kami sambut dengan senyuman...
kami sudah di tunggu mereka...
mahluk asing yang ramah tamah terhadap kami...
tak mengenal namun terasa dekat...
seolah tak ada rasa curiga...

"selamat datang... kami sudah menunggu kehadiran kalian..."
mereka tunjukan jalan pada kami, di antara cahaya biru bersinar itu...
berbarislah dipan-dipan dengan kelambu lembut dan hangat...
"beristirhatlah... waktu kalian akan tiba..."
kami di tunjukan tempat kami untuk sekedar memejamkan mata...
tetapi kedua bola mata ini tak semudah itu terpejam...
langit yang kami pandang terlalu indah untuk kami butakan...

waktunya telah tiba...
kami mengemban tugas, yang tak di ucapkan oleh mereka...
namun kami tau... apa tugas kami...
dengan seketika seluruh tubuh ini bercahaya...
tubuh kami terselimuti jubah...
dan kami melayang terbang menuju lubang besar itu....
"saling menjagalah kalian... karena kalian adalah keluarga"

tanpa berucap satu kata, kami sependapat dengan kata keluarga...
kami bersama-sama berpegang erat...
memasuki lubang besar hitam yang teralirkan cahaya biru itu...

dengan lembut dan perlahan mata ini terbuka di atas realita...
terkenang dan tersimpan dalam fikiran dan hati...
kami saling terhubung...
dalam satu kasih dan tujuan yang sama...
walau pada nyata kami tidak saling mengenal...

kami dekat dalam batin...
dan kami jauh dalam nyata...
dan kami selalau rindu bertemu di dalam dimensi...
kami selalu terhubung dimanapun kami berada.

Kamis, 18 Juni 2015

Kami BerWarna


Melalui alam semesta kami berwarna....
Melalui alam semesta kami bersinar....
Melalui alam semesta kami terbang...

Warna kami berbeda...
kami memiliki misi hidup di alam semesta ini...
layaknya YIN dan YANG yang melingkar dan bersatu namun tidak menyatu...
keseimbangan alam semesta membutuhkan kami...
namun kami tidak meneriakan siapa kami...
sebagaimana kami...
kamilah alam semesta dalam diri kami...
berinteraksi dalam dimensi...
mengasihi dalam satu warna berbeda darah yang mengalir...
tak mampu berkata namun merasa...

tersirat dalam tindakan bukan kata-kata

ALONE


kesendirian ini menyiksa secara pelahan, bagai sayatan sebuah silet kecil yang pada awalnya tajam lalu tumpul namun tetap di sayatkan ke nadi2 nya

setetes darah puan tak meneteskan dirinya keluar dari sobekan kulit yang tersayat, tapi ia mengalir melalui bola mata yang terbelalak melihat luka2 yang terbuka, begitu menjijikan dan mengeluarkan bau layaknya bangkai.

kesakitan ini terasa dari ujung kuku kaki hingga ubun kepala yang terasa perih bukan sakit, tak ada yang bisa membayangkan rasa yang di rasakannya, walaupun ia teriak hingga urat ranhangnya terasa mengkaku hingg leher belakang.

percuma menjadi pribadi yang baik hati jika susu yang di berikan di siramkan dri atas kepala dengan mata terbelalak hampir keluar....., apakah kebaikan tak cukup untuk sekedar mendapatkan kasih???

kini tak ada lagi setitik kepercayaan dalam dirinya, hanya rasa perih tak berkesudahan yang membusuk dalam diri nya,siapakah atau apakah yang bisa membuat ia kembali menjadi manusia seutuhnya atau ia akan merasakan semua itu hingga tujuan kematian akhir dari semuanya menjemput.

sendiri ia rasakan dalam batin dan hati yang terkikis dengan kekecewaan yang amat dalam, dan sekarang dengan penglihatan hanya satu mata, ia menjalankan kehidupannya di alam semesta ini...

tuhan ku ALLAH kapan kah ia bisa kembali ceria dan menatap masa depannya yang masih amat panjang... yang ku tau hanyalah aku adalah rezekinya.... yang ku tau aku adalah hidupnya.... melalui aku engkau memberikan kesehatan padanya....

you are not alone

Terkubur dalam kelam EMOSI dan DENDAM

    Kelamnya hati dalam fikiran atas emosianal dan dendam yang terkubur menjadi momok kehidupan yang pahit dan merusak diri sendiri, entah dari mana kehidupan akan termulai kembali di atas seonggok daging yang teraliri darah dan tersanggah berbatang-batang tulang.

Setiap insan hidup di muka bumi selalu memiliki masalah dalam tiap langkah kehidupannya, namun pada setiap insan memiliki cara untuk melangkah ke depan dengan rasa masing-masing di tiap langkah yang di ambil.

mereka yang merasa diri mereka benar dan hanya bisa mencemooh tokoh utama dalam kehidupan yang terjalani, hanya bisa mencaci dan memaki. Sehingga merusak otak dan rasa di dalam hati yang tercekik dengan apa yang mereka katakan.

Apapun itu semua butuh proses untuk berkembang dan berjalan dengan apa yang di inginkan namun banyak insan yang berjalan atas dendam yang mereka tumpuk sedemikian rupa hingga menjadi sebuah gunung yang tinggi dan bahkan tokoh utama pun tak mampu melihat puncaknya yang akhirnya akan membuat ia menjadi kerdil di mata alam semesta yang tak terbatas.

sesungguhnya hanyalah ia sang tokoh utama yang telah membuat dirinya kerdil, ia yang menciptakan sebuah tokoh lain namun bersifat utama yang merusak apapun dalam dirinya yang berataskan emosional dan dendam yang menyakiti dirinya sendiri

Buta akan kasih sayang dan cinta kasih yang ada di sekitar sang tokoh utama, tak akan terasa lagi bahkan sekedar senyuman manis hanya menjadikan sebuah momok bahwa sang tokoh utama di sindir, yang pada dasarnya hal itu ia yang menciptakan.

tokoh utama kau telah menjadi insan yang mengkerdilkan diri sendiri dan menciptakan neraka mu di alam semesta ini, tidak ada yang mampu meraihmu, hanya kaulah yang mampu pergi dari neraka mu dan mencapai cahaya yang telah di ciptakan untuk mu dari sang maha segalanya.

alam semesta itu kaya dengan keindahan yang tak bisa kita ciptakan, hanya manusia yang tidak bisa merasa dirinya hidup dalam kehidupannya yang buta akan keindahan alam semesta.

aku hanya insan yang kecil dan hidup di alam semesta namun mata ini bisa merasakan dan melihat seluruh alam semesta jika insan ini mau? bukan bisa.