Leo...
singa yang bersinar...
layaknya matahari bersinar terang...
dengan api yang menyelimuti dirinya...
rasa bangga condong angkuh namun bijaksana...
selalu berfikir sebelum bertindak...
taring yang tersimpan tidak untuk menyerang...
hanya raungan yang ia muntahkan...
itupun hanya jika ia rasa terancam...
terkadang sang api membutakan dirinya...
membakar semua yang ada di sekitarnya...
tak perduli apapun atau siapapun...
bisa terbakar hangus...
terbutakan oleh sang api...
ia tidak sadar apa yang telah terjadi...
terasadarkan ia bisa melukai mereka ataupun dirinya...
sang bijak pun mengelana...
berjalan tapak demi tapak...
terang berganti gelap...
terbasahi keringat oleh sengat panas...
dingin saat langit menangis...
dan sejuk saat sang udara menyapanya...
dalam waktu, mereka mencemooh...
mengkerdilkan sang bijak...
sang bijak tak ingin mereka terluka...
namun hanya hujatan yang terlempar...
sang bijak teranggap lemah...
hanya waktu menemani...
hingga tiba di ujung daratan...
di punggung tebing menyongsong samudera...
sang bijak tertunduk...
malu...
sepi...
sakit...
samar terdengar geremicik air...
di antara jarak tebing sang bijak berdiri...
seseorang menuangkan air di atas samudra...
dengan sebuah kendi yang di gengamannya...
sang bijak bertanda tanya...
perlahan sang bijak mendekati....
mengamati dengan cermat...
"apa yang dilakukan orang itu??"
tak ada rasa takut...
terpancar dari kedua bola mata orang itu...
rasa iba terhadap sang bijak...
"apa yang terjadi? dirimu begitu tak berdaya..."
sang bijak diam seketika...
"aku melemah"
tanpa kata terucap...
seseorang itu mengalirkan air dalam kendi...
membasahi sang bijak dengan airnya...
api yang berkobar dri sang bijak pun padam...
entah apa yang terjadi...
api itu merubah diri mereka...
merah tergantikan biru menyala...
"bagaimana sekarang...??"
sang bijak merasakan kasih sejukan dirinya...
terasa terlahir kembali...
terasa menjadi sesuatu yang baru..
terasa kasih yang meluap....
berasalkan dari gemericik air-air itu...
"terima kasih... dan siapakah dirimu??
"aku adalah air..."
"aku adalah kehidupan..."
"aku adalah kasih..."
"lalu siapakah dirimu...??"
sang sejuk itu balik lontarkan pertanyaan...
"aku bukanlah siapa-siapa"
"aku hanyalah api yang menghanguskan segalanya"
"aku mahluk penghancur"
sang bijak terpendam dalam rasanya...
sang sejuk pun mengiba melihat sang bijak...
dengan lembut sang sejuk mengusap jubah sang bijak...
"tak perlu takut akan dirimu..."
"kau adalah mahluk yang dapat menggenggam matahari..."
"kau adalan cahaya lilin yang akan menerangi dunia yang gelap"
sang bijak pun tersenyum...
sejak saat itu sang bijak dan sang sejuk...
menunjukan pada alam semesta...
merekalah cahaya...
merekalah kehidupan...
merekalah sandaran...
dan merekalah kebutuhan semua mahluk...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar